Dewi ana purnama_F31191847/C
Tawa lepas dariku untuk Alam
Alam adalah tempat pilihan yang tepat untuk membantu melepas lelah hanya dengan memandangnya, dia yang segar tapi kita yang merasakannya dan melampiaskannya, hebatnya alam kepada manusia memang berbeda.
Saat berbicara alam, teori apa yang keluar di kepala kalian?
apa kalian akan membayangkan dahulu? Alam mana yang sudah kalian jamah atau mengimajinasikan pemandangan sejuk didepan mata kalian....?
membayangkan alam memang menyenangkan apalagi bisa benar-benar datang ke tempat pemandangan alam yang indah nan tenang pasti mata tidak akan bisa lepas darinya.
Alam menyediakan apa yang kita butuhkan, bahkan tanpa sentuhan manusia mereka merawat diri mereka sendiri dengan bergaransi dari tuhan yang maha esa dan memang akan sempurna ketika mendapatkan sentuhan positif dari tangan manusia, tetapi manusia sudah jarang bisa mereka percaya sehingga apapun yang terjadi, maka alam akan tetap mengerjakan tugasnya bagi manusia dan dunia seisinya dengan terus tumbuh mengikuti arah angin dan matahari, serta air hujan yang mengapresiasi semua kerja kerasnya.
Tiada yang tidak berarti ketika bersama alam, hanya dengan melihatnya pada saat pertama maka akan benar-benar merasakan leganya nafas seperti beban siang hari yang lepas satu persatu di malam hari ketika dapat tidur dengan nyenyak. Hanya dengan memandangnya mata benar-benar dimanjakan, serta ketika perjalanan menuju ke alam dan alam berusaha memberi sinyal hati untuk “melangkahlah dengan rasa bahagia dan penuh rasa syukur, aku alam ada disini hari ini untukmu“ seperti mendapat dukungan angin yang positif. Rasanya pikiran benar – benar lebai atau benar-benar berlebihan untuk mengungkapkan rasa senang nan damai ketika di alam.
Seperti perjalanan saya 6 bulan lalu tepatnya pada tanggal 11 Januari 2020 kemarin, saya dan teman-teman saya yang kurang lebih berjumlah 6-7 orang melakukan perjalanan kaki menuju air terjun yang sangat terkenal di kabupaten Jember, Jawa Timur.
Air Terjun Tancak itulah nama dari wisatanya, perjalanan menuju kesana sangatlah menantang, ketika saya dan teman-teman tiba di tempat pendaftaran kami memarkirkan sekalian kendaraan sepeda motor kami, dengan sangat bersemangat karena sudah membayangkan betapa segarnya air terjun tersebut nantinya. Ini adalah kali pertama untuk saya karena di Jember saya baru beberapa bulan saja semenjak pendaftaran pada bulan september 2019 lalu.ketika berjalan kaki menempuh 1 km dengan kondisi yang sedikit lelah perjalanan belum sampai karena masih tersisa banyak semangat perjalanan pun tetap berlanjut hingga sampai pada kejauhan 4 km sudah kami berjalan rupanya belum sampai juga, kaki sudah mulai lelah tapi untungnya hasrat dan semangat untuk sampai ke air terjun tetap besar sehingga hanya mengeluhlah kami ketika itu. Beberapa saat setelah itu ada yang kelelahan karena rupanya kondisinya sudah tidak enak mulai berangkat tadi pagi, tapi sayangnya dia baru mengaku. Saya yang alhamdulilah tetap baik-baik saja walaupun sebenarnya sudah capek menanti harapan akan bertemu dengan air terjun yang terkenal itu benaran.
Saya dan teman-teman terus jalan hingga pada pertengahan perjalanan kami berada di hutan yang memiliki langit terang dan memiliki kayu-kayu berukuran kecil tinggi yang terkesan sangat ringan karena didorong oleh anginpun pohon-pohon tinggi terbawa mengikuti arahnya. Karena kebetulan ada gubuk dan hawa sejuk disana kami pun mengatakan untuk coba singgah sebentar di gubuk tersebut, tidak lama dari niat itu tiba-tiba terdengar suara kayu menyeleret seperti tergesek dengan badan pohon yang lain dan......
benar adanya ketika kami menghadap ke arah suara itu satu pohon tinggi tersebut patah dan seketika kami semua kaget dan berlari, saat itu menghalangi jalan kami atau tidak saya kurang ingat hanya saja tidak ada yang merasa ketakutan akan tertimpa ketika pohon tersebut patah tetapi apabila tidak salah ingat hanya reflek dan kaget.
Kami pun melanjutkan perjalanan yang berpengalaman tersebut dengan mata yang kembali melek karena kejadian tadi. Masuklah kami ke lorong bambu yang terkesan ber-ruang tetapi sejuk, tetapi karena saya memiliki sifat parno jadi ketika memasuki lorong bambu itu ya tetap memikirkan “wah ini bambu kenapa bisa lebat gini, kalau aku sendiri yang jalan pasti udah kebanyakan fikiran kayak sekarang, kata orang jawa bambu bukannya tempatnya para makhluk Mr. G ya?” dan kebanyakan fikiran sok tahu lagi versi saya yang saya tahan untuk terlihat tenang dengan yang lain wkwkwkwkwkwkwk
Jauh kami jalan hingga melewati perkebunan kopi dan pohon-pohon alpukat kami disambut kembali dengan pondok yang melewatinya harus membayar tiket masuk kembali, apabila kalian reader bertanya kenapa bayar lagi? Bukannya masuk wisata disitu sebelumnya sudah bayar dan dapat karcis? Kami tidak tahu, sebagai pendatang kami hanya ingin tenang dan dapat melanjutkan perjalanan dan mungkin saja memang sudah berbeda kawasan lagi karena memang benar-benar jauh dari tempat kami menitipkan motor apalagi tempat kami membeli tiket, dan pembayaran kembali itu bukanlah harga yang baik di protes sehingga tidak perlu berlebihan dalam berasumsi dan disana kami disambut hangat oleh pekerja-pekerja yang sedang beristirahat, mengobrollah dan bertanya basa-basi kami disana sambil menanti teman-teman yang masih tertinggal dibelakang. Ketika sudah berkumpul semua kami pamit dan melanjutkan perjalanan naik. Perjalanan ini menurut saya benar benar membuat saya senang karena mungkin karena saya juga menyukai alam tetapi alasan lain adalah karena lebatnya hutan dengan tumbuh-tumbuhan tersebut tetap membentuk jalanan yang kanan kiri tetap bisa menikmati indahnya alam, sehingga tidak terkesan menyeramkan dan kemungkinan ketiga karena perjalanan kami mulai pagi menuju siang hari memang sehingga sangat-sangat terang walaupun ketika mendapati hutan yang rumbun akan tumbuhan tinggi, dikanan kiri kami mendapati sinyal aliran air yang mengalir deras dan sebenarnya air deras itu sudah dari awal, serta jalan yang tiba-tiba disambut aliran air yang sangat jernih dan terlihat segar bahkan walau ada lumut disana benar-benar tidak membuat aliran air dijalan tersebut menganggu dan membuat sebal kami diperjalanan, sepatu basah, kaki basah? Terserah karena memang pemandangan seperti ini yang sebenarnya kami inginkan.
Saya dan teman saya, panggil saja “R” memutuskan untuk tetap tinggal dan membiarkan yang lain melanjutkan perjalanan. “loh kok berani berdua saja? Kalau gak tau jalan bagaimana?” itulah enaknya perjalanan menuju ke air terjun tancak ini, jalan menuju kesana mudah untuk dikenali dan diikuti, tapi tidak sepenuhnya alasan saya dan teman saya R ini karena jalan yang mudah dikenali tersebut tetapi karena ada beberapa teman yang juga masih berada di belakang atau masih tertinggal. Kami puaskan membuat video bersama alias ngevlog ala-ala youtuber, dan iya itu saya yang alay ngevlog dan bukan teman saya R wkwkwk, serta kami juga memfoto alam alam yang memanjakan mata tersebut. Akhirnya sampailah kami di jalan yang memiliki tanah tinggi sehingga mengharuskan saya dan R untuk menaiki nya, jujur ketika itu sudah ada rasa takut pada diri saya untuk naik karena sebenarnya saya sudah letih dikaki walaupun semangat masih terus menggereget. Tanah itu benar-benar naik dan ketika turun juga benar-benar curam, ya seperti itulah jalan menuju ke air terjunnya, ketika mau menanjak pun saya dan R disambut bunga-bunga kuning yang membuat kami memetiknya dan berfoto ria disana, maafkan sifat kecewek-cewek an kami ya reader hehehe. Menaiki satu tanjakan lagi kalau tidak salah dan sura deras air itu mulai kian terdengar sangat jelas, bertambahlah semangat ini dan alhamdulilah sampailah saya dan R di tempat yang ditunggu-tunggu. Datangpun kesana tidah hanya langsung disajikan air terjun tetapi juga melewati pohon yang dibentuk unik melengkung layaknya selamat datang serta pondok, taman dan pohon besar. Kami semua berfoto ria disana dan bermain air, tidak bisa menahan uang keluar dari dompet untuk membeli mie instan hangat disana.
Itulah bebrapa pengalaman mengasyikkan dan melelahkan dari saya, juga tulisan ini untuk memenuhi tugas komputer tentang narasi ataupun pengalaman pada pertemuan ke 16 samapi ke 19 nanti. Terima kasih kepada sahabat reader. Semoga tulisan ini bisa memberikan beberapa pengalamn dalama membaca, apabila ada kelebihan kekurangan kata atau kalimat saya mohon maaf.
“Kami tidak memaksakan apa yang kami percaya untuk kalian percaya. Kami hanya ingin berbagi cerita” _Sara Wijayanto
Terima kasih
Komentar
Posting Komentar