Langsung ke konten utama

POLIJE is Consistently able to Develop The Achievements

Java's Manner ???


Hallo sahabat baca, jaga diri dan kesehatan ya agar masa depan yang baik dan positif berhak kita miliki bersama. Kegiatan apa saja nih yang sudah sahabat baca terapkan di minggu – minggu Covid – 19 ini? apakah saran – saran dari saya ada yang diterapkan? Semoga baik iya maupun tidak selalu diingatkan untuk lebih menyayangi diri sendiri ya, aamiin
Pada kesempatan kali ini, saya akan berbagi tips ataupun mungkin sedikit wacana bagi sahabat baca tentang sudut ruangan yang ada dirumah, dimana ruangan itu memiliki nilai atau kesan tersendiri untuk saya. apakah sahabat baca ingin mengetahui ruangan seperti apa yang menjadi nilau tersendiri untuk saya? baik, yuk di scrool bawah ;)


C_Dewi Ana Purnama_F31191847
Sudut pandang mata ruangan rumah Jawa
                Jawa merupakan pulau yang memiliki keindah dan keunikan akan budaya tradisional, budaya masyarakat, dan budaya tata yang kental yang terus terbudayakan mulai dari leluhurnya sampai pada keturunannya saat ini. Semuanya masih tertata rapi dan terkenang hingga sekarang. Sebenarnya Budaya jawa memiliki karakteristik yang sangat kompleks dan dalam menghayati sebuah tatanan atau keputusan. Didalam Jawa memiliki sebuah tempat tinggal bukanlah sesuatu yang sepele asal punya uang. Banyak prosesi adat yang harus dilalui oleh seseorang apabila ingin membangun atau menempati sebuah rumah baru, prosesi paling sederhana adalah selamatan.
                Selamatan adalah tradisi masyarakat Jawa dalam menghargai dan mensyukuri berkah Tuhan YME, karena dengan melakukannya maka tanpa sengaja kita dapat berbagi apa yang berlebih didalam hidup kita seperti makanan dengan lauk pauknya. Mungkin terbayang rumit, tetapi itulah keindahan mendalam Jawanya Indonesia, sama seperti membangun sebuah bangunan pun memiliki perhitungannya tersendiri dalam memposisikan. Seperti sebuah ruangan didalam rumah, banyak istilah nama rumah didalam Jawa.
                Membangun sebuah ruangan dengan segala perhitungaanya bagi masyarakat Jawa sangat dipercaya dan dipentingkan karena akan berkaitan dengan kenyamanan dan ketentraman bagi pemiliknya baik hanya secara fisik maupun secara hati. Gambar diatas adalah ruangan yang mewakili kalimat-kaliamt sebelumnya, ruangan ini saya pilih untuk dijadikan objek karena saya sangat menyukai nuansa kursi dengan ukiran – ukiran bunga mataharinya, gaya klasiknya yang terasa, kursi – kursi ini memang akan lebih menarik lagi apabila diletakkan pada ruangan yang sedikit lebih luas dan terbuka dari gambar diatas. Ruangan itu merupakan ruang tamu rumah saya saya, disana saya dan keluarga menghabiskan waktu menemui, melayani tamu yang datang dengan santai. Banyak gaya untuk duduk di kursi seperti itu, beberapa teman duduk dikursi itu dengan kaki dinaikkan dan bersila ataupun menggantungnya saja. Terkadang apabila saya bosan untuk belajar di dalam kamar maka saya akanpergi ke ruang tamu untuk berganti tempat karena disana lebih sedikit tidak berisik ketika itu. Ruangan ini dikelilingi tembok berwarna putih polos tanpa ada apapun disana. Terkesan monoton tetapi seperti itulah gaya pemilik rumahnya.
                Bagi saya sungguh menenangkan memiliki ruangan yang sedikit berbeda dari yang lain, apabila kita pergi brtamu ketempat orang lain maka di ruang tamunya mungkin pertama kali pandang akan disuguhi bunga vas diatas meja, foto anggota keluarga, foto tiap orang – orang penghuni rumah tersebut, tanggalan, hiasan bunga, lukisan dan lain – lain. pada awalnya saya merasa perbedaan ini begotu mencolokdengan ruang tamu yang orang tua saya punya, pernah saya merasa iri dengan mereka yang memiliki ruang tamu indah dan mengeluhkannya kepada orang tua. Orang tua berkata “disyukuri ada uang buat beli kursi, karena kebutuhan yang lebih penting lainnya banyak”. Jawaban itulah yang diterima oleh anak SMP berusia  13 tahun dimana walaupun sudah terjawab tetapi tetap ingin untuk dielak dan terus ditanyakan. Hingga pada akhirnya saya tahu terdapat sebuah keindahan dalam sebuah perbedaan yang dominan.
                Nah, mulai dari sini baru saya akan menceritakan seluruh sejarah adanya ruangan ini. Dahulu ruang tamu ini adalah sebuah warung kopi kecil yang ramai akan pengunjung dan pegawai negeri – pegawai negeri yang suka datang untuk beristirahat setelah mengajar di sekolah dasar desa. Kemudian selang beberapa tahun warung kopi kecil ini diubah menjadi ruang tamu serbaguna untuk menerima tamu baik teman, saudara, ataupun kerabat dan juga sering dijadikan tempat pertemuan dan mendiskusikan beberapa hal oleh orang tua saya. ruangan ini dengan kursi panjanganya dapat menampung orang kurang lebih sekitar 20 orang dan sedikit sesak apabila mencapai 26 lebih orang tanpa kursi tambahan. Ruangan ini diisi 4 kursi panjang, 2 meja panjang. Saat hari raya Idul Fitri dimulai maka akan memanjang semua toples cemilan, dan sangat terlihat ketika itu sebuah kekurangan ruangan ini yaitu orang –orang yang bertamu karena hari raya harus bergantian segera atau kasarnya tidak dapat berlama – lama agar yang belum duduk dapat giliran. Tetapi hal itu dapat diatasi dengan orang tua sudah mempersiapkan kursi tambahan apabila memiliki kelebihan tamu. Apabila dilihat dari luar ruangan  pengunjung akan bingung dalam mepiilih – pilih pintu yang mana harus di ketuk aagar tidak salah, he , he he he he hhe dikarenakan akan ada beberapa pilihan pintu yang masing –masing memang meiliki kesan secara keseluruhan sebagai pintu tengah. Ruangan ini memang sangat terpisah dengan ruangan utama, sehingga pola dari rumah inilah dalam desain rumah biasa adala “Letter L” dan dalam desain rumah jawa adalah rumah limas, juga ada yang mengatakan rumah berdesain tusuk sate. Tentu saja pendapat – pendapat itu merupakan pendapat umum, namun sebenarnya tuan rumah menganggap berdesain rumah limas. Itulah sekilas tentang ruang tamu apabila dilihat dari sisi luar.
                Kembali pada topik ruang tamu, ruang tamu ini memang sangat terlihat sempit ketika dipenuhi dengan kursi – kuris kayu terserbut, tetapi saat itu semua tidak ada ruangan ini sangat terasa cukup luas saat digunakan untuk lesehan bersama. Dan bisa menampung kurang lebih 30 orang dalam satu ruangannya. Orang tua saya tertarik untuk memberikan furniture kursi kayu ini karena dirasa ruangannya memang membutuhkan sedikit sentuhan. Dan penataan ruangan yang polos pada dindingnya tidak membuat bosan dan jenuh pengunjungnya. Pada awalnya memang sayalah anak paling rewel dalam rumah karena ruang tamu yang hanya berisi kursi dan meja ketika berumur 13-15 tahunan. Dan hal itu semua sirna ketika saya menginjak dewasa dan menyukai desain-desain sederhana yang tidak membosankan.
                Bagi sahabat baca yang bingung menggunakan ruangan luasnya di isi apa saya sangat merekomendasikan sebuah kursi bergaya klasik jawa yang tidak norak atau berlebihan, serta bagi sahabat baca yang menikmati desain kesedehanaan dapat menjadikan ruang tamu ini sebagai referensi. Sekian dahulu narasi yang dapat saya sampaikan pada sahabat baca pada saat ini. semoga kita dapat membahas banyak materi unik, menarik di unggahan selanjutnya.

Semoga bermanfaat ya sahabat baca,
Sekian dan terima kasih


Komentar